Pembentukan karakter dalam dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter , definisi pendidikan karakter adalah “ sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Membangun karakter atau yang saat ini sering kita dengar dengan sebutan carakter building sedang menjadi perhatian banyak orang terutama orang tua yang ingin mempunyai anak-anak yang berkarakter baik atau positif. Karakter yang bersifat positif yakni suatu tabiat, watak yang menunjukan nilai-nilai baik dalam suatu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karakter yang bersifat negatif, yakni tabiat, sifat yang menunjukan nilai-nilai negatif terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pentingnya membangun karakter sejak dini karena pada prinsipnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, atau jika diibaratkan bagaikan kertas putih yang tulisannya bisa diisi dengan tulisan-tulisan yang baik atau tulisan yang tidak baik. Anak menerima setiap goresan kemana ia akan diarahkan, jika diarahkan pada hal baik maka anak akan berperilaku dengan penuh kebaikan sehingga bahagia di dunia dan akhirat. Begitupun sebaliknya, jiga anak diarahkan kepada hal yang tidak baik, maka anak akan berperilaku kurang baik, untuk dirinya dan orang sekitarnya. Orang tua sangatlah berperan penting dalam penanaman karakter anak, tetapi tidak hanya orangtua dan keluarga yang berpengaruh dalam karakter anak, tetapi lingkungan sekitarpun ikut berpengaruh. Anak tidak selamanya diam di rumah, separuh waktu anak-anak lakukan diluar rumah dengan teman-temannya. oleh karena itu tidak sedikit karakter anak terpengaruhi oleh teman-teman sepermainannya.

Sejatinya, sebuah pendidikan karakter itu betujuan dapat memanusiakan manusia menjadi lebih manusiawi, dalam makna mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi secara penuh sebagai pemegang mandat Ilahiah dan kultural. Mandat Ilahiah merujuk pada hubungan manusia dengan Tuhannya, berikut perilaku yang dikehendaki di dalamnya. Makna kultural mengandung makna sebagai insan berbudaya, berinteraksi secara arif dan bijaksana dengan manusia dan lingkungannya.

Dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak, baik rumah tangga dalam hal ini ada pendidikan keluarga, pendidikan formal dan sekolah, dan pendidikan non-formal atau masyarakat luas. Peran maksimal ketiga pendidikan ini akan memberi pengaruh maksimal dalam pembentukan karakter anak, Dan lebih optimal lagi, manakala ketiga pendidikan ini saling melengkapi dan berfungsi sebagaimana satu sistem yang utuh.

Selain dari pada itu Rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Maka dari itu keluarga hendaklah kembali menjadi sekolah kasih sayang untuk anak, sekolah untuk kasih sayang atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang, (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, akan tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral anak, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya.

Pemberian penghargaan kepada anak yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuh suburkan nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter dengan menerapkan ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila dan sebagainya. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat.

lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Masyarakat dengan sistem nilai yang dianut, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.

Pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter dalam dunia pendidikan di tanah air, perlu untuk terus mendapatkan perhatian utama. Karena itu, tanggungjawab penyelenggaraan pendidikan yang diorientasikan pada pembentukan karakter, tidak hanya dinisbahkan sepenuhnya pada salah satu institusi pendidikan, melainkan menjadi tanggungjawab bersama, baik lingkungan pendidikan formal, non-formal, dan in-formal. Oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Dengan demikian, ketiga lingkungan pendidikan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dalam membawa misi penyelenggaraan pendidikan berbasis pembentukan karakter.